Aussie Gautama |
Ditangkapnya Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
Jero Wacik sempat menimbulkan kegegeran dan pertanyaan besar terkait nasib
berbagai kontrak migas. Salah satu yang paling banyak disasari adalah
nasib Blok Mahakam karena kontrak akan berakhir tahun 2017 dengan Total E&P
Indonesie. Namun hingga saat ini permohonan perpanjangan kontrak Blok Mahakam
belum ditanggapi.
Padahal menurut Aussie B Gautama, Deputi Pengendalian dan
Perencanaan SKK Migas, dengan adanya keputusan lanjut tidaknya kontrak akan
menjadi landasan bagi Total E&P untuk menambah atau tidaknya besaran
investasi di Blok Mahakam.
"Kami sudah memberikan rekomendasi berupa pertimbangan
teknis mengenai cadangan dan keekonomian. Posisi kami sebaiknya diputuskan
sesegera mungkin," ujar Aussie.
Aussie juga sempat menjelaskan bahwa SKK Migas telah
mengirimkan rekomendasi ke ESDM sejak 2012 silam mengenai kelanjutan operasi di
Blok Mahakam. Karena jika pengelolaan blok diserahkan ke Pertamina, waktu
adaptasi untuk menjadi kinerja lifting migas pastilah diperlukan. Maka dari
itu, kepastian harus disegerakan.
SKK Migas menganggap bahwa Blok Mahakam masih tergolong signifikan
untuk terus dikembangkan karena produksinya yang cukup besar, yaitu 1.750
million metric standard cubic feet per day (mmscfd) dan kondesat 70.000 hingga
76.000 barel per hari (bph).
"Hitungan kami bisa diproduksi hingga tahun 2032,
dengan melihat cadangan dan laju penurunan produksi," pungkas Aussie.
Komaidi Notonegoro, pengamat energi dari ReforMiner
Institute, berpendapat bahwa mundurnya kepastian perpanjangan kontrak blok
migas akan berdampak pada turunnya tingkat produksi migas. "Sebab investor
menahan investasi dan tidak ada ekspansi," tukasnya.
Di sisi lain, seperti yang sudah diketahui bahwa Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan segera meresmikan proyek Sisi-Nubi Fase 2B
yang dikerjakan oleh Total E&P Indonesie dan melibatkan investasi US$739
juta, di Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim).
Proyek ini sebagai bagian dari rangkaian pengembangan
Lapangan Sisi-Nubi di Blok Mahakam yang terletak di lepas pantai Kutai Kartanegara,
Kaltim. Total E&P Indonesie, menyatakan bahwa proyek pengembangan Sisi-Nubi
Fase 2B bertujuan untuk memadang dua wellhead platform baru. Platform tersebut yaitu
WPS2 di Lapangan Sisi dan WPN3 di Lapangan Nubi, termasuk jaringan pipa
interkoneksi yang akan terhubung dengan dua platform yang sudah ada di
masing-masing lapangan.
“Sesuai dengan rencana pengembangan [POD] yang telah
disetujui proyek Sisi-Nubi Fase 2 [Fase 2A dan 2B] akan menambah 35 sumur dan
menelan biaya US$1,033 miliar, dimana US$ 739 juta dialokasikan untuk Fase 2B,”
imbuh Hardy Pramono, President & GM Total E&P Indonesie.
Menurut data yang ada, Total/Inpex rata-rata membelanjakan
US$2,5 miliar per tahun di Blok Mahakam, dan proyek ini sebagai bentuk komitmen
Total/Inpex untuk terus berinvestasi di blok migas tersebut. Pada 2012, Total
E&P Indonesia membangun tiga platform yakni Stupa, West Stupa dan East
Mandu yang kesemuanya berada di proyek South Mahakam fase 1 & 2, dan pada
pertengahan 2013 menambah 6 platform baru di blok Mahakam.
Memang SBY mengeluarkan kebijakan yang tepat dengan
memperpanjang kontrak kepada Total E&P Indonesie karena sejauh ini Total
E&P Indonesie memang berkinerja sangat baik dalam mengelola Blok Mahakam.
Untung saja blok sulit tersebut tidak diberikan kepada Pertamina yang sedang
terombang-ambing sepeninggalan direktur utama mereka.
No comments:
Post a Comment