Thursday 11 September 2014

Maksimalkan Blok Mahakam Sembari Membangun Kilang Minyak Baru

pembangunan kilang minyak
Wacana yang baru-baru ini banyak dibahas di bidang energi yaitu adalah rencana pembangunan kilang minyak baru. Pembangunan kilang minyak baru tersebut dinilai sudah sangat mendesak. Kilang minyak baru ini dibutuhkan untuk mengurangi ketergantungan impor BBM ketika permintaan akan BBM sangat banyak. Namun masalahnya pembangunan kilang minyak baru tidaklah mudah.

"Ya nggak gampang, refinery (kilang) itu membutuhkan waktu 3 tahun dan dana triliunan," seperti yang disampaikan oleh Anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Bahrullah Akbar.

Salah satu kendala yang paling besar adalah masalah dana karena untuk membangun kilang minyak baru, diperlukan dana yang jumlahnya tidaklah sedikit. Untuk mengakalinya, bisa dilakukan dengan mengambil dana dari penghematan subsidi BBM. Dana penghematan tersebut kemudian bisa dipakai atau disisihkan untuk membangun kilang baru.

"Kita bisa meningkatkan efisiensi BBM untuk membangun refinery. Misalnya dari Rp 100 triliun, kita alokasikan sekian triliun untuk pembangunan kilang Pertamina," pungkasnya.

Setelah membangun kilang minyak baru, Indonesia harus terus menggenjot produksi migas di dalam negeri. Indonesia akan bisa memperoleh tambahan produksi migas dari blok-blok migas baru.

"Proyek-proyek pembangunan minyak harus dipercepat, Cepu-kan termasuk yang sudah mulai, IDD dipercepat, harus diperbuatkan lobi atau negosiasi, karena itu yang bisa mendorong lifting (produksi minyak) kita," tuturnya.

Indonesia per harinya harus mendatangkan sekitar 400.000 barel minyak dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan migas di dalam negeri.

"Kita pakai standar internasional, MOPS (Mean of Plats Singapore) itu kan perlu kehati-hatian, yang harus kita perhatikan adalah variabel-variabel antara lain MOPS. Kemudian tadi aktivasi kilang-kilang, struktur angkutan, pembaruan kilang, pembangunan pusat blending, jadi banyak variabel kalau bicara tata kelola migas itu," jelasnya.

Selain itu, pengamat energi Umar Said berujar bahwa "Kalau bikin kilang sendiri hitungan kasar. Kita harus bicara ke Iran dan Saudi. Kita butuh 300.000 barel per hari (misal). Itu mulai 2019. Selain itu harga lebih murah daripada beli di pasar Singapura. Kalau 300.000 barel beli langsung bisa hemat US$1 per barel. Ini bikin (kilang) sendiri pasti lebih hemat lagi. Kita nggak lagi tergantung kilang Singapura."

Jokowi – Jusuf Kalla juga sudah menyatakan bahwa Indonesia memerlukan kilang minyak baru untuk mengatasi permintaan BBM yang membanjir. Namun mereka juga sepakat bahwa untuk membangun kilang minyak baru bukanlah perkara singkat dan dana sedikit.
Setelah mengetahui berbagai pandangan tersebut, bisalah kita sepakati bahwa pembangunan kilang baru bisa jadi merupakan solusi jangka panjang untuk mengatasi jumlah permintaan BBM dalam negeri. Namun hal tersebut tidak bisa menjadi solusi jangka pendek karena Indonesia akan keburu krisis energi kalau menunggu kilang-kilang tersebut selesai dibangun.

Maka salah satu cara mengatasinya yaitu dengan memanfaatkan semaksimal mungkin kilang minyak yang sudah ada. Misalnya saja Blok Mahakam karena Blok Mahakam menyumbang produksi minyak yang cukup signifikan bagi Indonesia. Daripada menunggu yang baru dibangun, lebih baik sambil memaksimalkan saja dengan yang sudah ada agar tidak krisis energi. Pengelolaan Blok Mahakam oleh Total dan Inpex sudah berjalan baik, maka wacana pengambilalihan oleh Pertamina sebaiknya ditunda dulu mengingat urgensi tingkat produksi minyak yang saat ini dibutuhkan oleh Indonesia.



No comments:

Post a Comment