Saturday 6 September 2014

Nasib Blok Mahakam Pasca Pengunduran Diri Menteri ESDM Indonesia

Jero Wacik
Penangkapan terhadap Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik karena kasus korupsi menggemparkan dunia energi di Indonesia. Banyak pihak yang mempertanyakan nasib kelanjutan kontrak mereka karena saat ini memang banyak yang sedang dalam tahap renegosiasi kepada pemerintah. Untuk itu, pemerintah telah mengeluarkan pernyataan bahwa pemerintah akan menjamin proses renegosiasi kontrak pertambangan baik dengan perusahaan pemilik kontrak karya (KK) dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara (PKP2B) berjalan sesuai dengan target.

Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo menyatakan bahwa proses renegosiasi kontrak secara prinsip sudah final, sehingga  tinggal tahap penandatangan memorandum of understanding (MoU) amandemen kontrak yang perlu dijalani.

"Kan yang menandatangani renegosiasi antara perusahaan tambang dengan Pak Sukhyar, Dirjen Minerba. Jadi nggak akan terganggu. Secara prinsip, renegosiasi kontrak karya dan PKP2B sudah selesai. Ada 40 perusahaan yang sekarang di finalisasi. Secepatnya kita akan selesaikan supaya bisa tandatangan MoU bulan ini. Saya sudah instruksikan pak Direktur Jenderal Mineral dan Batubara untuk segera memfinalisasi draf MoU, pokoknya September ini akan kami selesaikannya semuanya," jelasnya.

Hingga saat ini, sudah ada 44 dari 107 perusahaan KK dan PKP2B yang telah melakukan penandatangan MoU amandemen kontrak dengan pemerintah. Berarti, terdapat 63 perusahaan yang terdiri dari 40 pemeganhg PKP2B dan 23 pemegang KK yang belum menandatangani MoU dengan pemerintah.  Susilo juga menambahkan bahwa  seluruh proses renegosiasi 63 perusahaan tersebut ditargetkan selesai pada September ini.

Dari penjelasan Susilo tersebut, membuat pertanyaan mengenai nasib Blok Mahakam muncul. Kontrak dengan Total E&P Indonesie dan Inpex akan berakhir pada tahun 2017 namun hingga kini belum ada kepastian akan diperpanjang atau tidak. Di tengah carut-marut dunia energi Indonesia saat ini, apakah pantas apabila pengelola blok tersebut dipindahtangankan? Menteri yang bersangkutan baru saja terjerat kasus korupsi dan mengundurkan diri, menunjukkan bahwa hasil kerjanya selama ini tidak kredibel. Belum lagi, saat ini memang posisi menteri tersebut kosong pasca pengunduran dirinya.

Selain kosongnya slot menteri ESDM, slot Direktur Utama Pertamina pun sedang kosong pasca mundurnya Karen Agustiawan. Menteri ESDM dan Pertamina akan sedang sibuk berbenah diri dan mengubah sistem karena kepemimpinan yang baru. Sepertinya memang Blok Mahakam belum siap dipindahtangankan secara keseluruhan kepada Indonesia. Bukannya apa, Blok Mahakm terkenal sebagai blok yang sulit. Apabila tidak ada kompetensi dalam mengelolanya, tentunya blok tersebut akan menjadi sia-sia.


Namun keinginan Pertamina untuk mengambil alih pengelolaan blok tersebut memang perlu diapresiasi. Maka sepertinya jalan yang tepat adalah untuk memperpanjang kontrak kepada Total E&P Indonesie dan Inpex sembari menggandeng Pertamina. Jadi Pertamina tidak berjalan sendiri namun bersama-sama dengan Total sehingga setelah skill dan teknologinya sudah tertransfer, barulah Pertamina bisa berdikari sendiri.

No comments:

Post a Comment