Blok Mahakam |
Pasca peresmian proyek Migas Sisi Nubi2B milik Total E&P
Indonesie (Total) oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) 19 September
2014 silam, dianggap sebagai sinyal bagi Total untuk meneruskan pengelolaan
Blok Mahakam. Namun meskipun kontrak migas tersebut akan berakhir pada tahun
2017 mendatang, Total mengaku belum mendapatkan informasi mengenai kelanjutan
nasib pengelolaan Blok Mahakam.
“Kami belum mendengar kabar apa pun dari Pemerintah terkait
info sinyal kelanjutan Blok Mahakam,” ujar VP Communication Total E&P
Indonesie, Arividya Noviyanto.
Pihak Total memberikan kesiapannya jika pemerintah memang
mempercayakan kembali pengelolaan Blok Mahakam. “Kami senantiasa siap. Sampai
sekarang pun, di saat kami terus menunggu keputusan Pemerintah terhadap
proposal kami mengenai pengelolaan Blok Mahakam pasca 2017, kami tetap giat
bekerja keras mempertahankan produksi minyak dan gas di blok tersebut,”
tuturnya.
Hal itu sesuai dengan target Total untuk terus mengelola
Blok Mahakam. “Seperti yang ditargetkan dalam WP&B 2014, yakni 1,7 BCFD
untuk gas dan 67.000 BOD untuk minyak dan kondensat,” ujarnya.
Soal masalah dana bagi hasil yang dikeluhkan Pemprov
Kalimantan Timur (Kaltim) maupun Pemkab Kutai Kartanegara (Kukar), Arividya
berujar bahwa pihaknya menyerahkan sepenuhnya pada pemerintah pusat. “Terkait
bagi hasil, participating interest dan lain-lain itu adalah kewenangan
Pemerintah RI untuk memutuskannya,” pungkasnya.
Menurut Gubernur Kaltim, Awang Faraoek Ishak, perpanjangan
kontrak Blok Mahakam sepenuhnya berada pada kebijakan pemerintah pusat atau
presiden terpilih Jokowi. Namun saat ini Pemerintah Kaltim dan Pemerintah
Kabupaten Kukar tetap berupaya untuk memperjuangkan hak bagi hasil 10 persen
itu.
“Kelanjutan Blok Mahakam, berada dalam kewenangan pemerintah
pusat, tetapi pemerintah Kaltim dan Kukar tengah menuntut untuk mendapatkan
haknya Participating Impres (PI) 10 persen itu,” pungkasnya.
Awang berharap perpanjangan kontrak Blok Mahakam itu
sebaiknya diputuskan oleh kabinet Jilid II yakni pemerintahan SBY. “Sejauh ini
Pemprov Kaltim sudah ada pembicaraan dengan pemerintah pusat, dan belum ada
keputusan dari mereka,” kata dia.
Dalam hal pengelolaan Blok Mahakam, memang yang dirasa
paling ideal adalah dengan memperpanjang kontrak Total dan Inpex. Kedua
perusahaan kelas internasional tersebut sudah tau seluk-beluk blok ini.
Pengelolaannya selama ini pun sangat baik. Apabila pindah kepemilikan, belum
tentu blok tersebut akan bisa dikelola dengan sama baiknya. Apalagi setelah
mundurnya direktur utama Pertamina dan rumor bahwa Petral akan dibekukan,
Pertamina tampaknya sedang banyak masalah. Sebaiknya diselesaikan dulu daripada
satu blok strategis menjadi sia-sia karena pengelolaan yang buruk.
No comments:
Post a Comment