Sunday 6 July 2014

Menteri ESDM Indonesia Didesak Asing Terkait Blok Mahakam

Blok Mahakam
Beberapa hari yang lalu, Menteri Energi dan Sumber Daya Alam dan Mineral (ESDM) Jero Wacik mengatakan bahwa asing sedang mendesak-desak pemerintah untuk segera memutuskan nasib Blok Mahakam. Jero mengakui bahwa selama ini ia kerap kali mendapat tekanan dari asing perihal pengelolaan minyak dan gas (migas). Padahal menurutnya, migas itu sangat strategis sehingga segala keputusan yang berhubungan dengan migas tidak bisa diputuskan dengan buru-buru dan dalam waktu yang singkat. Kesalahan sesedikit apapun bisa menjadi fatal, dan Jero berusaha untuk menghindari hal tersebut.

"Blok Mahakam masih sedang dikaji juga. Urusan ESDM dan Migas kita harus serius dan teliti jangan buru buru. Perusahaan luar itu memang minta buru buru dan desak desak kita. Kita enggak mau buru-buru nanti salah. Sabar sedikit. Kalau terpaksa lewat Oktober nanti pemerintahan baru. Kita belum tau nanti Blok Mahakam kasih ke siapa, " keluh Jero.

Karena pemerintahan yang saat ini akan segera berakhir, Jero bahkan tidak mau memaksakan pemerintahan sekarang untuk segera mengambil keputusan. Apabila memang diperlukan, keputusan tentang Blok Mahakam bisa diputuskan oleh pemerintah mendatang saja yang akan dimulai Oktober 2014 ini.

Seperti yang sudah diketahui, kontrak Total E&P (Perancis) dan Inpex (Jepang) di Blok Mahakam akan berakhir pada tahun 2017. Pemerintah melalui Pertamina sudah mengeluarkan pernyataan akan keinginan untuk mengelola Blok Mahakam sendiri. Ini berarti kontrak dengan Total dan Inpex tidak akan diperpanjang.

Namun permasalahannya, apakah memang Pertamina sudah siap untuk itu? Di saat pemerintah menggadang-gadang energi terbarukan, maka energi transisional makin dibutuhkan. Energi transisional yang paling tepat bagi Indonesia adalah gas alam. Untuk itu Blok Mahakam sebagai salah satu penghasil gas terbesar harus diberikan perhatian khusus. Apabila pengelolaan dan eksplorasi Blok Mahakam tidak benar, maka produksi gasnya tidak akan maksimal dan tentu saja hal ini amat disayangkan sekali.

Total sebagai perusahaan internasional yang sudah berpengalaman di bidangnya memiliki kemampuan dan teknologi yang diperlukan untuk mengelola gas dengan maksimal. Alangkah baiknya apabila Total memberikan transfer kemampuan dan teknologi tersebut secara bertahap kepada Pertamina. Ketika sudah dirasakan memang mampu, barulah Blok Mahakam diserahkan kepada Pertamina. Semoga saja pada saat itu, Pertamina akan mampu berdikari sendiri untuk ke depannya.

1 comment:

  1. Kita tidak perlu angkuh atau sok-sokan bisa berdikari sendiri padahal belum punya kapasitas untuk itu. Jangan anti asing juga, yang penting kan blok sulit bisa dieksplorasi, daripada terbengkalai..

    ReplyDelete