Blok Mahakam |
Beberapa hari yang lalu, Menteri Energi dan Sumber Daya Alam
dan Mineral (ESDM) Jero Wacik mengatakan bahwa asing sedang mendesak-desak
pemerintah untuk segera memutuskan nasib Blok Mahakam. Jero mengakui bahwa
selama ini ia kerap kali mendapat tekanan dari asing perihal pengelolaan minyak
dan gas (migas). Padahal menurutnya, migas itu sangat strategis sehingga segala
keputusan yang berhubungan dengan migas tidak bisa diputuskan dengan buru-buru
dan dalam waktu yang singkat. Kesalahan sesedikit apapun bisa menjadi fatal,
dan Jero berusaha untuk menghindari hal tersebut.
"Blok Mahakam masih sedang dikaji juga. Urusan ESDM dan
Migas kita harus serius dan teliti jangan buru buru. Perusahaan luar itu memang
minta buru buru dan desak desak kita. Kita enggak mau buru-buru nanti salah.
Sabar sedikit. Kalau terpaksa lewat Oktober nanti pemerintahan baru. Kita belum
tau nanti Blok Mahakam kasih ke siapa, " keluh Jero.
Karena pemerintahan yang saat ini akan segera berakhir, Jero
bahkan tidak mau memaksakan pemerintahan sekarang untuk segera mengambil
keputusan. Apabila memang diperlukan, keputusan tentang Blok Mahakam bisa
diputuskan oleh pemerintah mendatang saja yang akan dimulai Oktober 2014 ini.
Seperti yang sudah diketahui, kontrak Total E&P
(Perancis) dan Inpex (Jepang) di Blok Mahakam akan berakhir pada tahun 2017.
Pemerintah melalui Pertamina sudah mengeluarkan pernyataan akan keinginan untuk
mengelola Blok Mahakam sendiri. Ini berarti kontrak dengan Total dan Inpex
tidak akan diperpanjang.
Namun permasalahannya, apakah memang Pertamina sudah siap
untuk itu? Di saat pemerintah menggadang-gadang energi terbarukan, maka energi
transisional makin dibutuhkan. Energi transisional yang paling tepat bagi
Indonesia adalah gas alam. Untuk itu Blok Mahakam sebagai salah satu penghasil
gas terbesar harus diberikan perhatian khusus. Apabila pengelolaan dan eksplorasi
Blok Mahakam tidak benar, maka produksi gasnya tidak akan maksimal dan tentu
saja hal ini amat disayangkan sekali.
Total sebagai perusahaan internasional yang
sudah berpengalaman di bidangnya memiliki kemampuan dan teknologi yang
diperlukan untuk mengelola gas dengan maksimal. Alangkah baiknya apabila Total
memberikan transfer kemampuan dan teknologi tersebut secara bertahap kepada
Pertamina. Ketika sudah dirasakan memang mampu, barulah Blok Mahakam diserahkan
kepada Pertamina. Semoga saja pada saat itu, Pertamina akan mampu berdikari
sendiri untuk ke depannya.
Kita tidak perlu angkuh atau sok-sokan bisa berdikari sendiri padahal belum punya kapasitas untuk itu. Jangan anti asing juga, yang penting kan blok sulit bisa dieksplorasi, daripada terbengkalai..
ReplyDelete