Tangguh LNG, Papua |
Negosiasi selama 1,5 tahun antara pemerintah
Indonesia dengan China National Offshore Oil Corporation (CNOOC) akhirnya
membuahkan hasil juga. Kedua belah pihak akhirnya sepakat untuk melakukan
renegoisasi kontrak Gas Tangguh untuk Provinsi Fujian, Tiongkok.
“Presiden SBY pernah bertemu dengan
Presiden Tiongkok yang dulu, kita juga mencoba menghilangkan patokan harga
JCC-nya itu, kemarin akhirnya logikanya sudah tidak cocok harga JCC sekarang
100 dolar per barel, masa masih tetap dipakai US$ 38 per barel, ini tidak adil,”
imbuh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik.
"Minggu lalu Fujian sepakat, harganya
akan mengikuti (harga minyak dunia). Jadi harga yang dulu 2,7 dolar per MMBtu
lalu berubah 3,3 dollar per mmbtu jadi hari ini mulai 1 Juli sepakat harganya 8
dollar per mmbtu. Kesepakatannya naik terus tahun 2015 jadi 10 dolar per mmbtu,
2016 jadi 12 dolar per mmbtu, 2017 jadi 13,3 dolar per mmbtu. Kontrak kita
sampai tahun 2034," jelas Jero.
Kontrak gas Tangguh tersebut berawal dari kepemimpinan
Presiden Megawati. Perjanjian tersebut ditandatangani pada tahun 2002. LNG
(liquid natural gas) Tangguh adalah mega-proyek kilang LNG yang berasal dari
beberapa Blok di sekitar Teluk Bintuni, Papua Barat seperti Blok Berau, Blok
Wiriagar serta Blok Muturi.
Selain CNOOC, British Petroleum (BP) juga
beroperasi di Tangguh. Tangguh LNG dan
PT PLN (Persero) melakukan transmisi listrik oleh PLN dari kilang LNG Tangguh
di Teluk Bintuni ke Kota Bintuni, Provinsi Papua Barat. "Untuk pertama
kalinya masyarakat Kota Bintuni memperoleh listrik untuk jangka panjang yang
akan dipasok dari kilang LNG Tangguh serta ditransmisi dan distribusikan oleh
PLN. Kami berharap akan ada lebih banyak masyarakat di Teluk Bintuni yang dapat
menikmati listrik di bulan-bulan mendatang," ujar BP Regional President
Asia Pacific, William Lin.
Setuju. Pertamina belum siap deeh..
ReplyDelete