Wednesday 2 July 2014

Renegosiasi Tangguh Menguntungkan Indonesia

Tangguh LNG, Papua
Negosiasi selama 1,5 tahun antara pemerintah Indonesia dengan China National Offshore Oil Corporation (CNOOC) akhirnya membuahkan hasil juga. Kedua belah pihak akhirnya sepakat untuk melakukan renegoisasi kontrak Gas Tangguh untuk Provinsi Fujian, Tiongkok.

“Presiden SBY pernah bertemu dengan Presiden Tiongkok yang dulu, kita juga mencoba menghilangkan patokan harga JCC-nya itu, kemarin akhirnya logikanya sudah tidak cocok harga JCC sekarang 100 dolar per barel, masa masih tetap dipakai US$ 38 per barel, ini tidak adil,” imbuh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik.

"Minggu lalu Fujian sepakat, harganya akan mengikuti (harga minyak dunia). Jadi harga yang dulu 2,7 dolar per MMBtu lalu berubah 3,3 dollar per mmbtu jadi hari ini mulai 1 Juli sepakat harganya 8 dollar per mmbtu. Kesepakatannya naik terus tahun 2015 jadi 10 dolar per mmbtu, 2016 jadi 12 dolar per mmbtu, 2017 jadi 13,3 dolar per mmbtu. Kontrak kita sampai tahun 2034," jelas Jero.

Kontrak gas Tangguh tersebut berawal dari kepemimpinan Presiden Megawati. Perjanjian tersebut ditandatangani pada tahun 2002. LNG (liquid natural gas) Tangguh adalah mega-proyek kilang LNG yang berasal dari beberapa Blok di sekitar Teluk Bintuni, Papua Barat seperti Blok Berau, Blok Wiriagar serta Blok Muturi.

Selain CNOOC, British Petroleum (BP) juga beroperasi di Tangguh.  Tangguh LNG dan PT PLN (Persero) melakukan transmisi listrik oleh PLN dari kilang LNG Tangguh di Teluk Bintuni ke Kota Bintuni, Provinsi Papua Barat. "Untuk pertama kalinya masyarakat Kota Bintuni memperoleh listrik untuk jangka panjang yang akan dipasok dari kilang LNG Tangguh serta ditransmisi dan distribusikan oleh PLN. Kami berharap akan ada lebih banyak masyarakat di Teluk Bintuni yang dapat menikmati listrik di bulan-bulan mendatang," ujar BP Regional President Asia Pacific, William Lin.

Selain renegosiasi dengan Tiongkok, pemerintah juga sudah mempunyai rencana untuk melakukan renegosiasi kontrak penjualan gas bumi dengan pihak Korea. Apakah renegosiasi ini akan berlanjut ke yang lainnya lagi? Apalagi mengingat bahwa kontrak Total E&P di Blok Mahakam akan segera habis masanya pada tahun 2017 mendatang. Sudah bukan rahasia lagi bahwa Pertamina akan mencoba mengambil alih Blok Mahakam. Namun apakah benar bahwa Pertamina yang korup sana sini sudah siap untuk mengelola Blok Mahakam sendiri? Sepertinya akan alangkah baiknya apabila kontrak dengan Total diperpanjang lagi dan kemudian perlahan-lahan teknologi dan kemampuan sumber daya manusianya perlahan-lahan ditransfer. Tahun 2017 langsung ke Pertamina pasti kecele, belum siap!

1 comment: