Tuesday 15 July 2014

Sudah Lama Cadangan Migas Tidak Ditemukan di Indonesia

Indonesia
Indonesia yang terkenal kaya akan sumber daya alamnya dari sabang hingga merauke sedang mengalami stagnasi dalam produksi energinya. Sungguh mengherankan bukan? Entah karena manajemen yang buruk, teknologi yang kurang, sistem yang korup, atau karena hal yang lainnya.

"Hingga saat ini, kita belum pernah ketemu cadangan minyak baru yang jumlahnya besar. Seperti lapangan Duri dan Minas di Sumatera yang dioperasikan Chevron," kata Sekretaris Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Gde Pradyana.

Gde juga menjelaskan bahwa SKK Migasterus mendorong eksplorasi minyak dan gas bumi. Hampir seluruh perusahaan minyak dan gas bumi sekarang ini mencari migas sudah tidak lagi di wilayah barat Indonesia, melainkan sudah mengarah ke wilayah timur Indonesia. "Tantangan mencari minyak dan gas di timur Indonesia luar biasa. Selain infrastrukturnya mulai dari jalan, jembatan, dan pelabuhan harus dibangun mulai awal lagi, mengebor di sana juga tidak mudah karena sangat dalam. Biasa kita ngebor di barat di bawah kedalaman 200 meter, di timur pengeboran mencapai kedalaman 1.000 meter lebih, sehingga risikonya sangat besar dan butuh investasi yang besar juga. Kedalaman itu jauh lebih sulit dibandingkan ketika mengeksplorasi migas di wilayah Indonesia bagian Barat yang paling dalam hanya 100 meter di bawah permukaan laut," jelas Gde.

"Studi yang telah dilakukan SKK Migas memperkirakan ada cadangan gas bumi mencapai 55 TSCF (trillions of standard cubic feet) di wilayah Indonesia timur. Jauh lebih besar dibandingkan potensi minyak bumi yang hanya 656 juta MSTB," ujarnya," tambahnya.  Walaupun Gde juga menyampaikan perihal permasalahan dan hambatan eksplorasi di Indonesia bagian timur yaitu masih buruknya infrastruktur. Ketidaklayakan pelabuhan, jalan raya dan pasokan listrik perlu dibenahi dulu untuk memudahkan industri ini ke depannya.

Namun saat ini kebanyakan perusahaan minyak yang ada di Indonesia masih belum menemukan minyak atau gas bumi. Sedangkan berdasarkan skema investasi migas di Indonesia, berapa pun jumlah investasi yang dikeluarkan investor tapi jika tidak mendapatkan migas yang ekonomis maka tidak akan diganti sepeser pun oleh Indonesia.

Adapun dalam semester pertama 2014 ini, Indonesia gagal mencapai target produksi migasnya. Maka sangatlah wajar apabila Indonesia ingin mencapai targetnya, Indonesia harus memaksimalkan blok-blok yang sudah dikelola sembari menunggu infrastruktur Indonesia bagian timur dibangun. Misalnya saja Blok Mahakam. Blok Mahakam sebagai penghasil gas bumi terbesar di Indonesia harus diberi perhatian lebih dan dimaksimalkan. Sayangnya pengelola saat ini yaitu Total E&P dan Inpex akan segera berakhir masa kontraknya pada tahun 2017 mendatang. Isunya Pertamina akan mengambil alih Blok Mahakam yang terkenal sebagai blok sulit. Apa jadinya tata kelola Blok Mahakam ketika berganti alih pengurusan? Apalagi banyak juga yang menganggap bahwa Pertamina belum siap. Jangan kaget kalau produksi migas Indonesia akan merosot tambah tajam dan makin jauh dari gol yang ditargetkan.



No comments:

Post a Comment