Tuesday 7 April 2015

Pertamina Jangan Mengulang Pengalaman Buruk Transisi dari Codeco di Madura

Blok Mahakam
Ketika membahas tentang Blok Mahakam, seringkali kita hanya membahas tentang operatornya, lupa membahas soal pekerjanya juga. Menteri Koordinator Kemaritiman Indroyono Soesilo memaparkan bahwa 99 persen tenaga kerja yang bekerja di Blok Mahakam, Kalimantan Timur adalah orang Indonesia. Sedangkan ternyata sisanya adalah orang Prancis yang berasal dari operator Total E&P Indonesie.

"99 persen orang kita semua hanya upper management orang Prancis," ujar Indroyono.

Hal tersebut sangatlah bagus karena berarti keberadaan Blok Mahakam tersebut memberikan manfaat bagi masyarakat di sekitarnya.  Ada lapangan kerja bagi masyarakat sekitar. Sedangkan untuk ahlinya adalah orang yang memang ahli untuk menjaga kelangsungan blok tersebut.

Indroyono lebih jauh menerangkan bahwa Blok Mahakam akan diambil alih penuh pada 1 Januari 2016 sesuai dengan rencana pemerintah. Meski masa kontrak kerja Total E&P Indonesie habis di 2017, namun pemerintah ingin mendorong pergantian kepemilikan kepada Pertamina agar bisa produksi lebih besar lagi.

"Per 1 januari plannya seperti ini sudah tender, services company di kadin mulai kontrak. Kalau nggak 50 tahun local conten segitu-gitu aja," terang Indroyono.

Indroyono tak ingin pengambilalihan Blok Mahakam dari Total E&P menjadi terlambat. Masalahnya Indroyono mencontohkan saat Pertamina terlambat mengambil blok migas di Madura dari Codeco, produksinya menjadi menurun.

"Codeco di Madura pengambil keputusan terlambat, produksi drop dulu baru naik," jelas Indroyono.

Indroyono juga menjelaskan bahwa untuk Off Shore North West Java (ONWJ) di lapangan Cilamaya, rencana pengambil alihan kepada Pertamina sudah jauh sebelum kontrak operator sebelumnya habis. Saat ini produksi di ONWJ naik terus 40 ribu barrel per hari.

"Bahkan di 2020 targetnya 50 ribu barrel per hari," terang Indroyono.

Dari data Kementerian Koordinator Kemaritiman, Blok Mahakam bisa menghasilakn 88 juta barrel migas per hari. Sedangkan total investasi untuk menggarap Blok Mahakam 25 miliar dollar AS, pemerintah mendapat keutungan 7,7 miliar dollar AS dan PT Pertamina (persero) 5,5 miliar dollar AS.


Jadi sudah jelas bukan. Dengan pemindahtanganan Blok Mahakam, memang akan mengancam produksi apabila tidak dilakukan dengan benar. Seharusnya Pertamina tetap bekerjasama saja dengan Total E&P.

No comments:

Post a Comment