Thursday 9 January 2014

Prospek Industri Hulu Minyak dan Gas di Indonesia, Asia Tenggara 2014


Blok Mahakam yang dikembangkan oleh Total E&P Indonesie dan mitranya Inpex Corp, masih berperan signifikan dalam menopang produksi gas nasional. Hanya memang kedepan, pengembangan blok ini tidak bisa dilakukan lagi secara biasa-biasa saja, karena kondisi lapangan-lapangan yang sudah tua, sehingga membutuhkan investasi besar dan teknologi mutakhir untuk mengangkat minyak dan gas bumi dari perut bumi.

* * *

Sebuah Anjungan Migas lepas pantai
Baru-baru ini sebuah perusahaan riset industri Reportbuyer.com mempublikasikan sebuah studi tentang prospek industri hulu minyak dan gas bumi di Asia Tenggara, yang mencakup Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina, Kamboja, Brunei Darussalam dan Myanmar. Laporan tersebut juga mendiskusikan potensi dan perubahan peta kompetisi pada industri pendukung minyak dan gas bumi seperti drilling rig, pipa dan anjungan minyak dan gas lepas pantai. Juga dibahas pendorong serta tantangan pada aktivitas eksplorasi dan produksi di kawasan ini.
Beberapa  poin penting dari laporan tersebut, antara lain:
(1)   Secara global ada peningkatan aktivitas eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi. Peningkatan kegiatan eksplorasi antara lain didorong oleh menurunnya tingkat produksi lapangan-lapangan migas yang sudah berproduksi dan perlu diganti dengan produksi dari lapangan-lapangan migas baru. Namun, tingkat kesuksesan eksplorasi cenderung menurun.
(2)   Biaya untuk mencari dan memproduksi hidrokarbon telah meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Pengambangan lapangan minyak dan gas baru menuntut solusi baru yang lebih kompleks sehingga menelan biaya investasi lebih besar. Pada sisi lain, teknologi baru tersedia sehingga membuka pintu bagi pengembangan blok-blok migas, yang sebelumnya tampak sulit dilakukan
(3)   Isu Keamanan Energi (Energy Security) menjadi isu yang strategis bagi banyak negara di kawasan ini. Hal ini mendorong pemerintah negara-negara Asia Tenggara untuk mendapatkan kepastian suplai Minyak dan Gas Bumi. Minyak dan Gas merupakan salah satu kontributor utama terhadap pertumbuhan PDB bagi negara-negara penghasil minyak dan gas bumi.
(4)   Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang menjanjikan potensi pasar  dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi. Indonesia, Malaysia dan Brunei merupakan tiga negara di kawasan Asia Tenggara yang memiliki perusahaan minyak dan gas bumi yang sudah berpengalaman (well-established). Kegiatan industri hulu migas di Thailand, Vietnam dan Filipina juga telah menunjukkan peningkatan. Myanmar dan Kamboja merupakan dua negara yang baru membuka industri minyak dan gas bumi ke dunia luar.
(5)   Malaysia dan Indonesia menawarkan peluang bagi pengembangan lapangan atau blok-blok migas laut dalam dan marginal.
(6)   Asia Tenggara berpotensi menjadi global hot spots dalam lima tahun mendatang didorong oleh cadangan hidrokarbon yang menarik, lingkungan business yang mendukung serta pertumbuhan ekonomi yang sustainable.
(7)   Investasi industri migas di Asia Tenggara didorong oleh perusahaan-perusahaan migas nasional dan internasional (IOCs) yang telah beroperasi di negara-negara kawasan ini, terutama di Malaysia dan Indonesia. Malaysia tampaknya berupaya menjadi hub industri minyak dan gas bumi di Asia Tenggara. Negara ini juga berinvestasi mengembangkan infrastruktur migas hilir untuk menopang industri migas yang berkesinambungan.


Laporan Reportbuyer.com tersebut menarik untuk disimak. Satu hal yang perlu diwaspadai Indonesia adalah bahwa saat ini dan tahun-tahun mendatang Indonesia akan bersaing ketat dengan negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara, tidak hanya dengan Malaysia dan Thailand tetapi juga dengan Vietnam dan Kamboja. Persaingan terutama dalam mendatang investasi untuk mengembangkan industri migas.

Memang industri migas Indonesia tergolong industri yang matured, apalagi Indonesia pernah menjadi anggota OPEC. Tapi kini Indonesia tidak lagi menjadi negara pengekspor minyak sejak pertengahan tahun 2000-an setelah Indonesia menjadi negara pengimpor minyak. Indonesia bahkan kini memiliki tantangan yang lebih berat untuk menghadapi produksi minyak yang cenderung turun, serta peningkatan investasi migas yang lambat. Bahkan beberapa proyek migas tertunda akibat kendala teknis dan non-teknis. Menjadi PR pemerintah, baik yang sedang berkuasa, maupun pemerintah hasil pemilihan umum nanti untuk mendorong investasi.

Beberapa blok migas utama saat ini menuntut perhatian serius pemerintah, antara lain Blok Masela di laut Arafura yang dikembangkan Inpex Corp bersama Shell. Proyek yang menelan US$5,5 miliar merupakan proyek floating LNG (FLNG) pertama di Indonesia. Selain itu, Blok Mahakam, yang kontraknya akan berakhir akhir Maret 2017.

Blok Mahakam yang dikembangkan oleh Total E&P Indonesie dan mitranya Inpex, masih berperan signifikan dalam menopang produksi gas nasional. Hanya memang kedepan, pengembangan blok ini tidak bisa dilakukan lagi secara biasa-biasa saja, karena kondisi lapangan-lapangan yang sudah tua, sehingga membutuhkan investasi besar dan teknologi mutakhir untuk mengangkat minyak dan gas bumi dari permukaan tanah. Blok Mahakam butuh investasi yang lebih besar lagi untuk mencegah penurunan produksi ilmiah. Karena itu, penting bagi pemerintah untuk segera membuat keputusan terkait operator Blok Mahakam pasca 2017 sehingga rencana investasi lanjutan dapat disiapkan jauh-jauh hari.    (*)
 

No comments:

Post a Comment