Platform Bekapai, Blok Mahakam |
Jelang berakhirnya kontrak Total E&P Indonesie
dalam mengembangkan Blok Mahakam tahun 2017, perusahaan migas asal Perancis itu tetap
melanjutkan proyek yang sudah direncanakan jauh-jauh hari. Sebagai contoh
proyek pengembangan Sisi Nubi 2B dan Peciko 7B sedang dalam proses penyelesaian
akhir. Kedua proyek tersebut merupakan proyek pengembangan lanjutan untuk mencegah penurunan produksi gas bumi di Blok
Mahakam, Kalimantan Timur, Indonesia.
Kedua proyek tersebut nilainya mencapai triliunan
rupiah (US$2 miliar), melibatkan ribuan pekerja, ratusan kontraktor dan suplier
dari dalam negeri. Pengerjaan proyek tersebut telah melalui proses perencanaan yang cukup lama, mulai dari desain
awal, pengadaan material, pengerjaan dan pembuatan platform, pengiriman ke lokasi
di lepas pantai hingga pemasangan. Setelah itu, masih akan dilanjutkan dengan
commissioning sebelum dioperasikan secara penuh.
Proyek platform lepas pantai seperti Sisi Nubi 2B
dan Peciko7B bukan proyek bulanan atau setahun. Tapi telah direncanakan 3-5
tahun sebelumnya. Kesuksesan sebuah proyek terletak pada kesukesan pada tahap perencanaan dan ketelitian dalam mengesekusi proyek sesuai rencana.
Proyek pengembangan lapangan Migas tentu telah disetujui sebelumnya oleh pemerintah
Indonesia dalam hal ini SKKMIGAS (sebelumnya BPMIGAS). Sebagai kontraktor
kontrak kerjasama (KKKS atau PSC), pengembangan dilakukan setelah mendapat
persetujuan.
Seluruh rancang bangun dan fabrikasi
proyek ini dikerjakan oleh perusahaan-perusahaan nasional yakni PT Gunanusa
Fabricator (EPSC 1+2) dan PT Rajawali Swiber Cakrawala (EPSC 3+4). Pengerjaan
kedua proyek tersebut bukti komitmen operator, Total E&P Indonesie dan
mitranya Inpex untuk melanjutkan investasi di Blok Mahakam.
Bagaimana proyek-proyek dan rencana investasi selanjutnya?
Seperti sudah diketahui, kontrak operator Blok Mahakam saat ini, yakni Total
E&P Indonesie (dengan mitra non-operatornya Inpex) akan berakhir 2017.
Tentu hal ini akan berpengaruh pada rencana investasi pengembangan Blok Mahakam
selanjutnya. Untuk proyek-proyek yang akan berakhir sebelum 2017, tampaknya
masih akan dilanjutkan, tapi untuk proyek-proyek yang akan berakhir setelah
2017, kemungkinan akan di-hold dulu.
Sebagai pekerja migas di Blok Mahakam, tentu
sangat berharap pemerintah akan segera membuat keputusan terkait hak pengelolaan Blok
Mahakam setelah tahun 2017. Idealnya, keputusan perpanjangan atau tidak
dilakukan paling lambat 5 tahun sebelum kontrak berakhir. Artinya, idealnya,
keputusan kontrak Blok Mahakam sudah diputuskan tahun lalu. Namun, hingga saat
ini, pemerintah belum membuat keputusan.
Karena itu, sebagai pekerja migas di Blok Mahakam
kita berharap pemerintah akan segera membuat keputusan terkait kontrak Blok
Mahakam. Tahun 2013 adalah tahun yang tepat bagi pemerintah untuk membuat keputusan. Bila keputusan tahun ini, maka operator memiliki waktu untuk membuat perencanaan investasi kedepan. Semakin lambat pemerintah membuat keputusan semakin tinggi tingkat risiko karena produksi bisa terganggu dan menurun.
Bila keputusan ditunda tahun depan, boleh jadi tidak akan ada keputusan karena pemerintah sudah sibuk dengan Pemilu. Bila diserahkan ke pemerintah baru, juga tidak bijaksana karena pemerintah hasil pemilu akan membutuhkan waktu lagi untuk mempelajari. Bisa-bisa, keputusan baru akan dibuat 1-2 tahun sebelum kontrak berakhir. Tentu ini sangat berisiko.
Seperti yang diberitakan di media-media, pemerintah punya tiga opsi
terkait kontrak Blok Mahakam. Opsi pertama, kontrak diperpanjang, Opsi kedua,
kontrak tidak diperpanjang dan opsi ketiga skema yang melibatkan operator lama
dan pemain baru, yakni Pertamina.
Apapun keputusannya, semua berharap agar pemerintah
membuat keputusan yang tepat dan bijak, tidak grasa-grusu, melalui evaluasi
yang mendalam. Juga tidak membuat keputusan hanya karena desakan sekolompok elemen masyarakat. Pertimbangannya adalah apa yang terbaik bagi negara.
Pengembangan sebuah blok tidak bisa disamakan dengan kontrak
untuk mengembangkan pasar Tanah Abang, misalnya, dimana pergantian operator
tidak akan sulit. Pergantian operator sebuah blok, apalagi sebuah blok raksasa,
yang sudah mulai uzur tentu tidak mudah. Investasi yang dibutuhkan semakin tinggi untuk mempertahnkan produksi.
Blok Mahakam ibarat sebuah kapal tanker yang tidak mudah berubah arah dengan cepat dan instan. Untuk belok ke kiri atau ke kanan, perlu direncanakan dengan
matang dan dilakukan perlahan. Bila tidak, kapal tanker
tersebut terancam rusak atau berhenti beroperasi.
Blok Mahakam adalah blok yang tergolong tua karena
sudah beroperasi kurang lebih 40 tahun. Cadangan yang tersisa diperkirakan
sekitar 30%. Disamping itu, kondisi Blok Mahakam sangat berbeda dengan karakter
blok-blok lain di Indonesia karena letaknya di rawa-rawa. Reservoir di bawah perut
bumi pun tersebar kemana-mana dan kecil-kil. Karena itu, ratusan sumur dibor
setiap tahun untuk mempertahankan produksi. Material yang tersedot ke permukaan
pun sudah berbeda belasan tahun lalu, sehingga dibutuhkan teknologi canggih
untuk memisahkan gas dan minyak dengan pasir atau lumpur.
Karena itu, penting bagi pemerintah untuk melihat
segala aspek teknis, non-teknis, kapasitas dan kemampuan operator, pengalaman,
komitmen dan rencana investasi kedepan serta risiko dalam membuat keputusan. Untuk
menghindari risiko, keputusan yang paling aman ya, diperpanjang. Tapi opsi ini
kemungkinan kecil terjadi.
Opsi yang paling mungkin diambil pemerintah
tampaknya semacam joint-operation. Dari sisi pekerja, opsi ini paling ideal
karena tidak terjadi perubahan drastis. Sistem tetap akan berjalan seperti
biasa. Bagaimana mekanismenya, kita serahkan saja ke pemerintah sebagai pemilik
Blok Mahakam.
(*)
No comments:
Post a Comment