Thursday 26 September 2013

Budaya Keselamatan Kerja di Industri Migas



Para pekerja migas Blok Mahakam "siap bertempur"
Penerapan Kesehatan, Keselamatan dan Lingkungan Kerja (K3) atau Healthy, Safety dan Environment (HSE) di lingkungan kerja kini semakin membudaya di Indonesia, termasuk di lingkungan kerja Blok Mahakam, yang berlokasi di Kalimantan Timur. Penerapan K3 sangat vital bagi kelangsungan bagi sebuah proyek atau tempat kerja di semua industri. Penerapan HSE di sektor migas bahkan jauh lebih ketat dibanding industri-industri lain, mengingat tingkat risiko sangat tinggi.

Oleh karena kita bisa lihat pekerja migas dimana saja diharuskan mengikuti berbagai prosedur dan persiapan yang matang sebelum terjun ke lokasi. Setiap pekerja dilengkapidengan PPE sebelum terjun ke lapangan. Mereka yang seharian berkecimpung di sumur-sumur gas harus dilengkapi dengan alat deteksi gas dan perlengkapan lainnya untuk menghindari terjadinya risiko kecelakaan kerja.Prinsip keselamatan kerja tidak saja di tulis di atas kertas, tapi harus betul-betul diinternalisasi oleh setiap pekerja migas.

Total E&P Indonesie, sebagai salah satu perusahaan migas, juga menerapkan prinsip HSE yang sangat ketat. HSE telah menjadi bagian integral dari manajemen dan budaya kerja apalagi tingkat risiko bekerja di lapangan atau sumur-sumur migas atau di fasilitas produksi tergolong tinggi. Tidak ada kompromi dalam penerapan HSE.

Para pekerja Migas siap bekerja
Total bahkan tergolong bangga karena telah menjadi rujukan dan contoh bagi perusahaan migas-migas lainnya karena implementasi HSE yang sangat ketat dan telah membudaya selama 40 tahun blok tersebut beroperasi. Semua karyawan baik yang tetap maupun karyawan kontrak ataupun mitra kerja merasakan betapi ketatnya penerapan HSE pada blok tersebut. Ini semua demi keselamatan para pekerja sendiri. Prestasi Total E&P terlihat dari berbagai award yang diterima dari pemerintah lokal dan nasional dan SKK Migas terkait implementasi di perusahaan tersebut. Isu safety bahkan menjadi prioritas utama di perusahaan migas asal Perancis ini.

Penerapan HSE tidak saja berlaku bagi karyawan Total E&P Indonesie di Blok Mahakam tapi juga bagi ratusan kontraktor Blok Mahakam yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung di Blok Mahakam. Bahkan virus HSE atau K3 juga diwajibkan bagi semua mitra operator Blok Mahakam tersebut.

Untuk meningkatkan peningkatan penerapan HSE bagi perusahaan-perusahaan mitra Total E&P Indonesia, perusahaan asal Perancis ini telah membentuk HSE Communication Forum yang anggotanya terdiri dari mitra kerja, kontraktor atau supplier operator.

Pemerintah juga telah mewajibkan semua perusahaan untuk menerapkan K3, sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, terutama yang berkaitan dengan Perlindungan, Pengupahan dan Kesejahteraan tenaga kerja (Bab X).

Total E & P Indonesie sebagai salah satu perusahaan Kontraktor Kontrak Kerjasama Minyak dan Gas Bumi (KKKS Migas) di Indonesia, juga melakukan tender kerja berbagai sub-bidang kegiatan migas kepada perusahaan sub-kontraktor (pihak ketiga) dalam kegiatan eksplorasi dan ekploitasi migas dari perut bumi.  Perusahaan-perusahaan ini juga dituntut untuk menerapkan K3.
Sebagai bentuk perhatian serius PT Total E & P  Indonesie selaku perusahaan yang memiliki komitmen dalam bidang safety dengan prinsip “safety for me, for you and for all” (keselamatan untuk diriku, anda dan untuk semua), pada 23 Juli 2013 lalu melakukan pertemuan HSE Communicatiaon Forum yang dihadiri oleh semua perusahaan sub kontraktor  Total E & P Indonesie.   Record yang bagus dalam penerapan HSE telah menjadi kebanggaan tersendiri bagi seluruh pekerja migas di Blok Mahakam dan operator Blok Mahakam apalagi mengingat kondisi ekosystem Blok Mahakam yang kompleks, berada di daerah rawa-rawa (swamp). 

Perusahaan sub-kontraktor (pihak ketiga) juga bangga karena mereka dapat belajar betapa pentingnya HSE dalam lingkungan kerja, tidak saja ketika melakukan pekerjaan di site Blok Mahakam, maupun penerapan HSE di lingkungan kerja mereka sendiri, karena ini juga menjadi salah satu persyaratan untuk menjadi sub-kontraktor Total E&P. (*)

Wednesday 11 September 2013

Keputusan Kontrak Blok Mahakam Idealnya Dilakukan Tahun 2013


Fasilitas produksi Blok Mahakam
Beberapa hari yang lalu beberapa anggota Komisi VII DPR, Republik Indonesia, memberikan komentar terkait pengelolaan Blok Mahakam, yang terletak di Kalimantan Timur. Memang masih ada perbedaan pendapat terkait hak pengelolaan Blok Mahakam. Namun, satu hal yang disepakati bahwa tahun 2013 ini merupakan tahun yang tepat untuk membuat keputusan terkait kontrak pengelolaan Blok Mahakam pasca 2017.

Sebagai pekerja migas, kita menanti sambil berharap agar pemerintah dapat membuat keputusan yang tepat pada saat yang tepat. Dan saat yang tepat adalah tahun 2013 ini. Mengapa bukan tahun depan atau tahun berikutnya? Pertama, tahun 2014 merupakan tahun politik. Pemerintah sebagai pembuat keputusan dan masyarakat secara umum akanh fokus pada pemilihan umum (Pemilu) baik untuk memilih wakil rakyat maupun untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden.

Dari sisi tingkat operasional, bila keputusan dilakukan tahun ini, operator punya waktu yang cukup untuk melakukan adaptasi bila terjadi perubahan skema pengelolaan Blok Mahakam.  Bila keputusan diambil tahun ini, operator Blok Mahakam, dalam hal  ini Total E&P Indonesie, dapat membuat perencanaan terkait kelanjutan investasi di blok tersebut, yang rencananya mencapai US$7,3 miliar dalam 5 tahun sejak 2017. Bila keputusan dilakukan hanya 1-2 tahun sebelum kontrak berakhir, akan sulit bagi operator untuk membuat perencanaan.

Saat ini, Blok Mahakam dikembangkan oleh Total E&P Indonesie yang bertindak sebagai operator. Total E&P berpartner dengan Inpex (non-operator) asal Jepang sebagai pemegang participating interest (PI). Kedua perusahaan migas tersebut masing-masing memegang PI sebesar 50%.  

Hingga saat ini belum ada kepastian mengenai skema kontrak pengelolaan Blok Mahakam pasca 2017. Total dan Inpex sudah mengajukan proposal beberapa tahun lalu terkait keinginannya untuk memperpanjang kontrak pengelolaan Blok Mahakam. 

Sejauh ini, berita-berita yang beredar di masyarakat, ada 3 opsi yang akan dipilih pemerintah. Pertama, kontrak diperpanjang, kedua, tidak diperpanjang dan ketiga skema baru melibatkan operator yang saat ini dan pemain baru, yakni Pertamina. 

Dari berbagai pernyataaan pemerintah, pemerintah kemungkinan akan memilih opsi yang ketiga, melibatkan operator yang sekarang, Total E&P Indonesia, dan pemain baru Pertamina. Idealnya, memang skema kolaborasi pemain lama dan baru akan menjamin kelangsungan operarional blok, tanpa ada gangguan atau disruption.
 
Pada masa transisi, kurang lebih 5 tahun setelah konrak berakhir, operator tetap dipegang Total, dan setelah 5 tahun, pemerintah dapat kemudian mengambil keputusan apakah Total tetap menjadi operator atau beralih ke Pertamina.


Apapun skema yang dipilih pemerintah, tampaknya perlu ada masa transisi agar tidak terjadi gangguan pada produksi Blok Mahakam. Sayangnya, kontrak PSC saat ini belum mengatur soal masa transisi ini. Padahal transisi sangat penting apalagi menyangkut pengoperasian blok besar dan tua seperti Blok Mahakam.

Dari pernyataan-pernyataan beberapa anggota Komisi VII, mereka memahami pentingnya masa transisi dalam mengembangkan blok Mahakam. Bila dilakukan perubahan secara drastis, dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan pada proses produksi. 

Kita serahkan kepada pemerintah untuk membuat keputusan, mana yang terbaik bagi negara. Dari kacamata pekerja, yang penting tidak terjadi gejolak internal dan terjadi transisi yang lancar. Pemerintah perlu memastikan bahwa produksi berjalan terus, tidak terganggu oleh perubahan skema pengelolaan Blok Mahakam.

Beberapa waktu lalu, Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo mengatakan Total E&P Indonesie masih diperlukan dan dilibatkan dalam skema pengelolaan Blok Mahakam pasca 2017. Wamen tentu punya alasan dan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Blok Mahakam ini memang sudah memasuki usia tua karena telah berproduksi selama sekitar 40 tahun.

Dan sebagai blok yang tua, mengangkat gas alam (dan sebagian kecil minyak) dari perut bumi tidak mudah lagi. Apalagi bila melihat kondisi reservoir yang kecil-kecil dan menyebar, sehingga dibutuhkan teknologi tinggi dan investasi besar untuk mengangkat gas dan kondensat. Perawatan atau well service pun sudah tidak bisa seperti dulu lagi. Perawatan harus dilakukan lebih intensif. Ratusan sumur tiap tahun dibor agar produksi tidak menurun. Para reservoir engineer pasti tahu bahwa Blok Mahakam yang berada di rawa-rawa dan sebagian di lepas pantai memiliki keunikan lapisan bawah tanah serta ekosystem yang unik.

Operator Blok Mahakam kelak haruslah orang-orang atau perusahaan yang memahami dan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai kondisi dan karakter Blok Mahakam. Karena itu, kita berharap pemerintah akan segera membuat keputusan yang tepat setelah mempertimbangkan berbagai aspek, baik dari sisi komitmen investasi, teknologi, pemahaman atas karakter blok, serta risiko yang mungkin terjadi. Faktor risiko ini sangat penting untuk diperhatikan. Dan tentu kita berharap agar pemerintah dapat membuat keputusan tahun ini. Tahun 2013 adalah waktu yang ideal, baik bagi pemerintah maupun operator. (*)