Pekerjaan Rumah pemerintah kedepan pasca 2017 adalah bagaimana
memastikan agar produksi Blok Mahakam dapat dioptimalkan. Walaupun sudah memasuki usia uzur, Blok Mahakam masih diharapkan memberikan kontribusi besar bagi
produksi minyak dan gas nasional, serta pendapatan bagi negara (APBN). Tentu dengan catatan dikelola dengan benar oleh operator migas yang berpengalaman, memiliki reputasi baik dan kompetensi yang tidak diragukan dan tak kalah penting tidak dijadikan komoditas politik oleh elit tertentu.
* * *
Kontrak pengelolaan Blok Mahakam
oleh Total E&P Indonesia bersama mitranya Inpex Corporation akan berakhir
pada Semester I 2017. Blok tersebut telah berproduksi selama 40 tahun
berkontribusi cukup signifikan bagi pendapatan negara. Produksi gas bumi dari
Blok Mahakam sendiri berkontribusi sekitar 30 persen produksi gas bumi
Indonesia. Pekerjaan Rumah pemerintah kedepan pasca 2017 adalah bagaimana
mengoptimalkan produksi migas Blok Mahakam. Walaupun sudah memasuki usia uzur
(ageing), Blok Mahakam masih diharapkan memberikan kontribusi besar bagi
produksi minyak dan gas nasional, serta pendapatan bagi negara (APBN).
Pertanyaannya, apa yang dilakukan
pemerintah untuk mengoptimalkan produksi Blok Mahakam? Jelang kontrak
pengelolaan Blok Mahakam, operator Blok Mahakam hingga saat ini, terus
melakukan investasi sesuai dengan plan of development (PoD) yang telah
disetujui oleh pemerintah. Investasi untuk eksplorasi maupun meningkatkan
produksi sangat diperlukan untuk mencegah penurunan alami yang terjadi di blok
tersebut, sebagaimana yang terjadi pada blok-blok migas lainnya.
Pengembangan Blok Mahakam selama 40
tahun terakhir boleh jadi tidak bisa diterapkan lagi dalam periode 10-20 tahun
kedepan. Mengangkat gas bumi dan minyak bumi dari perut bumi tidak bisa
dilakukan dengan cara-cara konvensional sebelumnya. Diperlukan metode-metode
dan terobosan teknologi untuk mengoptimalkan produksi Blok Mahakam. Teknologi
EOR (enhanced oil recovery) diperlukan untuk mengoptimalkan produksi blok
Mahakam kedepan. Operator juga akan membutuhkan investasi besar setiap tahun
untuk mempertahankan produksi.
Dalam 4-5 tahun kedepan, operator
Blok Mahakam, Total E&P Indonesie, seperti yang sering diberitakan di
media-media, baik media cetak maupun online, berkomitmen untuk berinvestasi
US$7.3 miliar. Investasi besar dibutuhkan setiap tahun untuk mencegah penurunan
produksi migas, maupun mencari potensi atau cadangan migas baru di kawasan Blok
Mahakam.
Hingga saat ini pemerintah belum
membuat keputusan siapa atau skema seperti apa yang dipilih pemerintah dalam
mengembangkan Blok Mahakam pasca 2017. Total E&P Indonesie dan Inpex
sendiri sudah mengajukan ketertarikannya untuk memperpanjang kontrak untuk
mengelola Blok Mahakam sejak 2007 tahun silam. Operator tentu paham betul
karakter dan kondisi eko-system blok Mahakam, sehingga seharusnya keterlibatkan
operator yang sekarang diharapkan dapat mengoptimalkan produksi migas Blok
Mahakam.
Pada satu sisi, operator tersebut
juga tidak terlalu ngotot untuk mempertahankan skema yang sekarang, dimana hak
kepesertaan dibagi dua antara Total E&P Indonesie dan Inpex. Keinginan
operator tersebut untuk melanjutkan pengembangan blok Mahakam juga menunjukkan
komitmen perusahaan migas asal Perancis dan Jepang itu untuk berinvestasi untuk
jangka panjang di Indonesia, sebuah komitmen yang dibutuhkan Indonesia saat
ini, di saat negara ini sedang haus energi dan minim investasi.
Pada satu sisi, Total E&P Indonesie berkomitmen untuk memastikan produksi Blok Mahakam berkesinambungan. Untuk itu, kedua perusahaan migas international tersebut membuka ruang bagi masuknya perusahaan migas nasional, Pertamina untuk terlibat dalam pengelolaan Blok Mahakam pasca 2017.
Pada satu sisi, Total E&P Indonesie berkomitmen untuk memastikan produksi Blok Mahakam berkesinambungan. Untuk itu, kedua perusahaan migas international tersebut membuka ruang bagi masuknya perusahaan migas nasional, Pertamina untuk terlibat dalam pengelolaan Blok Mahakam pasca 2017.
Hal ini tentu sangat positif karena
akan memberi kesempatan bagi transfer teknologi, kedua, produksi Blok Mahakam
tidak akan terganggu atau mengalami disruption, ketiga beban investasi yang
besar tiap tahun tidak akan ditanggung sendiri oleh Pertamina, tapi juga oleh
Total E&P Indonesie dan Inpex, keempat, kerjasama di Blok Mahakam akan
menjadi landasan bagi ketiga perusahaan tersebut untuk mengembangkan berbagai
blok Migas di Tanah Air kedepan, termasuk Blok East Natuna, yang hingga saat
ini masih terkatung-katung.
Tugas pemerintah saat ini adalah
mencari skema yang tepat untuk mengembangkan Blok Mahakam kedepan. Skema yang
tepat diperlukan untuk mengoptimalkan produksi migas dari Blok tersebut. Pada satu sisi, di saat pemerintah
sedang melakukan evaluasi terkait operator Blok Mahakam pasca 2017, pemerintah
berada dalam teknanan dari berbagai elemen masyarakat. Sayangnya,
desakan-desakan tersebut terkadang bersifat politis, populis, tidak disertai
fakta-fakta sehingga mengaburkan perjuangan kelompok masyarakat itu sendiri.
Sebagai contoh, berbagai LSM
dibentuk untuk menasionalisasi blok-blok migas di Tanah Air. Namun, kemurnian gerakan nasionalisasi migas dipertanyakan. Gerakan nasionalisasi migas tampaknya dipakai kelompok tertentu untuk menarik simpati publik jelang Pemilihan Umum 2014.
Pada tahun politik tahun ini dan tahun dapan, apapun bisa
dipolitisasi. Dan salah satu agenda empuk untuk menarik simpati rakyat adalah
nasionalisasi migas. Lihat saja berbagai kelompok elemen masyarakat memainkan
isu nasionalisasi migas untuk menyulu emosi calon pemilih. Bahkan ada kelompok
masyarakat yang mengancam merdeka bila tuntutan mereka menasionalisasi
blok-blok migas tertentu tidak diindahkan oleh pemerintah, termasuk blok
Mahakam.
Beberapa bakal calon presiden yang
akan bertempur pada Pemilu 2014 sudah mencoba menyampaikan pernyataan mereka
kepada publik. Prabowo Subianto dari Partai Gerindra misalnya menilai
nasionalisasi migas sebagai langkah mundur dan cerminan ketidakpahaman
sekelompok masyarakat terhadap eksistensi dan kontribusi industri migas di
Tanah Air terhadap kemajuan bangsa.
Mantan Panglima TNI Wiranto rupanya
tidak tinggal diam. Dia mencoba mencuri perhatian publik dengan melontarkan
pernyataan bahwa bahwa blok-blok migas tertentu, khususnya blok Mahakam
dikelola oleh anak bangsa sendiri, yaitu Pertamina.
Terlepas dari hiruk-pikuknya isu
Blok Mahakam, pemerintah dituntut untuk berpikir rasional, melakukan evaluasi
secara rasional pula dan tidak tunduk pada tekanan-tekanan berbagai pihak yang
motivasi kegiatannya dipertanyakan. Keputusan operator Blok Mahakam pasca 2017,
tetap harus berpegang pada pertimbangan untuk mengoptimalkan produksi blok
migas tua tersebut. (*)
No comments:
Post a Comment