Monday 10 February 2014

Industri Migas Global, Indonesia Kekurangan Insinyur dan Tenaga Ahli



Industri minyak dan gas bumi global terus berkembang saat ini didorong oleh harga minyak dan gas bumi yang masih tinggi. Tantangan yang dihadapi oleh industri migas juga tidak sedikit karena banyak cadangan migas kini berada di lepas pantai (offshore), dan sebagiannya berada di laut dalam. Sehingga tenaga ahli dan pekerja migas yang dicari perusahaan minyak global atau International Oil Companies (IOCs) juga mengarah ke pekerja yang memiliki keahlian khusus di bidang industri migas lepas pantai.

Tren yang sama juga terjadi di Indonesia. Sebagian besar blok migas yang sedang dikembangkan atau dalam fase eksplorasi saat ini berada di lepas pantai.

Namun, untuk mendapatkan pekerja migas yang memiliki keahlian yang dicari terkadang sulit. Akibatnya, terjadi kompetisi untuk mendapatkan pekerja yang memiliki keahlian tertentu. Masalah kekurangan tenaga ahli untuk operasional lepas pantai menjadi sorotan utama para eksekutif senior yang membidangi Human Resources di perusahaan-perusahaan migas skala global. Para eksekutif HR tersebut melakukan diskusi seperti yang dimuat oleh Offshore-Technology.com.
 

Jon Tait, recruitment director di BP Upstream, mengatakan isu utama yang dihadapi perusahaan migas global saat ini adalah permintaan melebihi suplai. Ini terutama pada ketersediaan tenaga insinyur dan ilmuwan yang menjadi tulang punggung mati-hidupnya industri migas.
 

Jo McGregor, direktur spesialis rekruiten McGregor Consultants, mengatakan ini akan menjadi masalah serius. Namun, ia melihat sudah ada upaya untuk menutup kesenjangan (gap) tersebut. Sudah mulai ada banyak lulusan yang mengikuti berbagai program apprentice.

Hays Oil & Gas, managing director John Faraguna, mengatakan banyak perusahaan optimistis mereka akan dapat mengatasi masalah itu dalam tahun-tahun mendatang. Untuk sementara perusahaan-perusahaan akan bergantung pada tenaga ahli kontrak. Tantangan berikutnya, dengan semakin banyak tenaga ahli yang memasuki usia pensiun, maka perusahaan-perusahaan migas raksasa dunia akan menghadapi tantangan baru lagi yakni, bagaimana menggantikan tenaga-tenaga ahli yang memasuki usia pensiun tersebut.

Steve Greig, Head division for recruitment specialist, Orion mengatakan bahwa tahun ini akan menjadi tahun yang lebih sulit. Industri migas terus berkembang seiring dengan dimulainya proyek-proyek eksplorasi baru. Mereka membutuhkan tenaga-tenaga ahli dan insinyur-insinyur yang ahli di bidangnya. Ini masalah suplai dan permintaan.

Menurut Jon Trait, tenaga ahli yang sangat dicari saat ini adalah yang terkait geoscience seperti geologist, geophysicists dan geoscientists. Banyak perusahaan migas global saat ini melakukan eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi di lepas pantai, termasuk laut dalam, tidak hanya di Amerika Latin, tapi juga di Timur Tengah, Afrika dan Asia.

Perusahaan-perusahaan migas global seperti BP yang melakukan operasi di laut dalam sangat membutuhkan insinyur-insinyur yang memiliki kompetensi di operasional migas lepas pantai dan laut dalam, keahlian di bidang pengeboran lepas pantai dan laut dalam, serta insinyur-insinyur lain.

Jon Trait mengatakan kompetisi untuk mendapatkan talenta-talenta baru dan tenaga-tenaga ahli migas sedang terjadi di pasar global. Ini terlihat di negara-negara yang industri migasnya sedang berkembang pesat. Sebagai contoh, di Angola ada 15 operator migas dunia yang berkompetisi mendapatkan insinyur-insinyur dan tenaga ahli untuk bekerja di lapangan-lapangan migas mereka.

Masalah kekurangan tenaga ahli migas, terutama lepas pantai dan laut dalam, juga dialami sendiri oleh Indonesia saat ini. SKK Migas baru-baru ini mengatakan industri migas Indonesia saat ini membutuhkan banyak insinyur-insinyur untuk bekerja di industri migas.

Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua Umum Ikatan Alumni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (IKA ITS) Irnanda Laksanawan. Indonesia, kata Irnanda, membutuhkan lebih dari 1,5 juta orang insinyur hingga 2025, termasuk yang bekerja di industri minyak dan gas bumi. Kebutuhan ini meningkat seiring dengan berlakunya ASEAN Free Trade Area (AFTA), pada 2015.

Dalam tahun-tahun mendatang cukup banyak proyek-proyek migas raksasa maupun yang skala sedang dan akan dikembangkan, misalnya proyek lepas pantai di lapangan Abadi, Blok Masela, pengembangan train-3 BP Tangguh, pengembangan lanjutan Blok Mahakam, Donggi-Senoro di Sulawesi, proyek Cepu, dan masih banyak lagi.  Situasi ini menjadi tantangan bagi industri migas sekaligus peluang bagi generasi muda Indonesia. (*)

No comments:

Post a Comment