Kita berharap Pemilu 2014 ini
akan
melahirkan seorang pemimpin yang bersih dari korupsi, pemimpin yang
melayani
masyarakat, pemimpin yang bermoral, pemimpin yang membawa Indonesia ke
arah yang lebih baik dan lebih
sejahtera. Pemimpin yang tidak hanya
mendorong kebangkian ekonomi, kebangkitan industri, kebangkitan sektor
energi, tapi juga mendorong reformasi moral.
= = =
Ustad SS dipecat dari MUI Bogor |
Beredarnya video mesum atau video porno ustad
tersebut membuat heboh masyarakat dan membuat marah para ulama di Bogor. MUI
Kabupaten Bogor kemudian memecat Ustad SS terkait video porno tersebut. Polisi
kini sedang mencari ustad tersebut untuk dimintai keterangan dan juga dua
perempuan lawan main di video tersebut.
Tak
butuh waktu lama video tersebut beredar. Bak virus cancer, rekaman berdurasi
sekitar 6 menit tersebut menyebar tanpa bisa dihentikan. Media-media lokal
maupun media elektronik nasional langsung memuat berita menghebohkan tersebut.
Pada
hari Kamis kemarin (13 Maret), Ketua MUI Kabupaten Bogor KH Ahmad Mukri Adji
mengumumkan, “Dengan
adanya dugaan kasus asusila tersebut maka MUI Kabupaten Bogor memberhentikan
dengan tidak hormat Saudara SS sebagai pengurus MUI," ujar KH Ahmad Mukri
Adji.
Kasus heboh video Ustad mesum tersebut
menjadi pembicaraan hangat di media-media sosial. Ada yang menyesalkan kasus
tersebut, ada yang membela bahwa itu cuma oknum saja, malah ada yang menyindir pedas.
Sebenarnya, bukan kali saja tokoh agama dan tokoh panutan masyarakat terlibat
kasus video mesum. Di Jawa Timur juga pernah terjadi hal yang sama.
Beberapa oknum anggota DPR juga pernah
terlibat kasus video mesum atau video porno, yang berujung pada pemecatan dari
partainya. Beberapa oknum DPRD juga pernah terlibat kasus serupa. Baru ini, sebuah
adegan video mesum juga beredar melibatkan seorang pejabat Departemen
Perhubungan Jawa Barat.
Di kalangan pemerintah, oknum
pengusaha juga terkadang menggunakan ‘suap cewek cantik’ untuk memenangkan
tender-tender proyek, sesuatu yang mulai terkuak dalam beberapa tahun terakhir.
Hampir pasti terjadi sebelumnya, namun, saat KPK memiliki otoritas menyadap, beberapa
kasus korupsi melibatkan perempuan-perempuan sebagai bumbu-bumbu transaksi.
Sebagai contoh, kasus yang melibatkan mantan Presiden PKS. Kasus tersebut
menjadi heboh, karena salah satu pelaku penyuapan ternyata doyan memelihara
perempuan-perempuan muda, mulai dari yang masih ABG (anak baru gede) hingga
model atau artis.
Rupanya Indonesia saat ini menghadapi
berbagai krisis atau ancaman krisis. Mulai dari ancaman krisis energi, krisis
asap di Riau yang mengancam puluhan jiwa-jiwa manusia, krisis kelembagaan
menyusul tertangkapnya mantan Ketua Mahkamah Konstitusi karena terlibat korupsi
jual-beli perkara dengan nilai ratusan miliar, hingga krisis moral. Maka,
Indonesia tidak hanya membutuhkan reformasi ekononomi, reformasi
lembaga-lembaga negara, tapi juga reformasi moral.
Banyak penjabat bermuka dua alias
hipokrit. Pada satu sisi, mereka berupaya menjadi pemimpin yang dihormati,
figur yang menjadi panutan masyarakat, namun, disisi lain ternyata diam-diam
melakukan tindakan korupsi. Akil Mochtar, misalnya, menjadi ketua Mahkamah
Konstitusi, sebuah lembaga peradilan terhormat, justru melakukan tindakan
korupsi. Lutfi Hasan, mantan presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), yang
mengklaim partai yang paling Islami di Indonesia, justru petinggi-petinggi atau
yang telah menjadi mantan petingginya, terlibat kasus korupsi. Partai itu pun
terancam bakal kehilangan suara banyak dalam Pemilu legislatif 9 April nanti.
Demikian juga Partai Demokrat. Pada
tahun 2004 dan 2009, Partai Demokrat berhasil memenangi pemilu karena berjanji
dan berkomitmen untuk memberantas korupsi. Tapi justru cukup banyak kader-kader
partainya yang terlibat kasus-kasus korupsi, seperti Kasus Hambalang, dan
lain-lain. Beberapa kader kunci seperti Anas Urbaningrum, mantan ketua Partai
Demokrat, harus kehilangan posisinya, karena dugaan ikut menikmati duit proyek
Hambalang (kasusnya masih ongoing).
Yang jelas, AU kini mendekam di tahanan KPK. Demikian juga partai-partai
lainnya, yang bakal terancam kehilangan simpati pendukung loyalnya pada Pemilu
9 April nanti.
Di tengah masyarakat, publik terkadang
disuguhkan oleh aksi hipokrit pejabat-pejabat daerah maupun LSM, yang seolah
menjadi pahlawan masyarakat. Misalnya, meniup isu nasionalisasi sumber daya
alam. Toh, ujung-ujungnya ternyata untuk memenuhi ambisi kelompok agar SDA
tersebut dikuasai dan dikeruk habis-habisan dan rakyat dikorbankan.
Kita berharap Pemilu 2014 ini akan
melahirkan seorang pemimpin yang bersih dari korupsi, pemimpin yang melayani
masyarakat, pemimpin yang bermoral pemimpin yang membawa Indonesia ke arah yang lebih baik dan lebih
sejahtera. Bukan pemimpin yang hipokrit. Pemimpin yang tidak hanya mendorong kebangkian ekonomi, kebangkitan industri, kebangkitan sektor energi, tapi juga mendorong reformasi moral (*)
No comments:
Post a Comment