Tuesday, 13 August 2013

Karyawan Harap-Harap Cemas Menanti Keputusan Pemerintah soal Blok Mahakam

"Sayangnya, sebagian, barangkali belum pernah terjun ke Blok Mahakam, seakan menggampangkan kondisi di lapangan. Seolah-olah, bila berganti pemilik, berganti operator, tinggal dilanjutkan saja. Selesai. Padahal, tidak semudah itu. Itu sama saja, menggantikan pilot pada pesawat jet tempur dengan pilot yang baru. Walaupun pilot yang baru berpengalaman, toh tetap harus beradaptasi dulu."

------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sebagian besar warga masyarakat, menghabiskan liburan Idul Fitri bersama keluarga tercinta. Namun, sebagian, karena tugas, maka tetap bekerja seperti. Demikian sebagian kolega saya yang bekerja di Blok Mahakam ini. Tugas rutin tetap dijalankan, ada ratusan well yang harus dijaga dan dipelihara. Produksi tetap harus berjalan seperti biasa. Di tengah kegalauan menanti keputusan pemerintah soal operator Blok Mahakam pasca 2017, rupanya ada setitik harapan.

Berita-berita di media mengenai kelanjutan kontrak Total E&P Indonesia untuk mengelola Blok Mahakam tetap jadi perhatian para pekerja. Memang, tidak lazim bagi para pekerja minyak untuk berbicara, berkoar-koar atau berdemo menyampaikan aspirasi mereka. Yang ada di kepala adalah bagaimana menjalankan tugas sesuai scope of work.
 
Setiap pernyataan yang keluar dari pejabat pemerintah yang berkompeten tetap diikuti, paling tidak untuk mengetahui kemana arah keputusan pemerintah. 

Sebagai pekerja, apapun keputusan pemerintah kelak, pasti akan berpengaruh pada karyawan. Beberapa rekan-rekan pekerja juga cukup aktif mengikuti perkembangan di milis-milis migas untuk mengetahui perkembangan terakhir. Bagaimana pun, pergantian pemilik pasti akan berpengaruh pada karyawan, baik dari sisi budaya kerja, kompensasi, karir maupun untuk aspek peluang untuk bekerja di luar negeri.
 
Dari diskusi-diskusi dan perdebatan sesama pekerja di industri migas, memang ada yang memahami betapa kompleks kondisi Blok Mahakam. Sayangnya, sebagian, barangkali belum pernah terjun ke Blok Mahakam, seakan menggampangkan kondisi di lapangan. Seolah-olah, bila berganti pemilik, berganti operator, tinggal dilanjutkan saja. Selesai. Padahal, tidak semudah itu. Itu sama saja, menggantikan pilot pada pesawat jet tempur dengan pilot yang baru. Walaupun pilot yang baru berpengalaman, toh tetap harus beradaptasi dulu.
 
Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa blok Mahakam adalah blok raksasa tapi sudah berproduksi 40 tahun. Agar dia tetap kelihatan cantik, agar tetap bisa berproduksi, dibutuhkan kerja ekstra, investasi besar-besaran. Karakter underground layer blok sangat unik karena berada di rawa-rawa (swamp-area). Dibutuhkan teknologi tinggi dan pemahaman mendalam untuk mempertahankan produksi. Para reservoir engineer pasti sudah memahami betul karakter blok tersebut.
 
Pertanyaannya, apakah para karyawan Total yang bekerja di Blok Mahakam bertahan atau pindah bila operator berganti? Sulit memang untuk menjawabnya karena itu sangat tergantung pada masing-masing pekerja. Yang pasti, sebagai pekerja profesional di industri migas, tidak ada guarantee akan bertahan. Mungkin sebagian bertahan, dan sebagian memilih pindah. Itu wajar dalam industri migas. Lihat saja, ketika ONWJ dialihkan ke PHE. Kalau tak salah sekitar 40-50% karyawannya memilih pindah. Adalah hak karyawan untuk membuat keputusannya sendiri.
 
Lalu bagaimana bila yang pindah itu adalah karyawan2 kunci? Bukankah itu akan mempengaruhi kestabilan produksi? Bagaimana bila komitmen operator baru tidak sama dengan komitmen operator yang sekarang? 

Nah, di tengah kegalauan para pekerja Blok Mahakam, rupanya ada secercah harapan. Menteri ESDM Jero Wacik sebelum libur Lebaran mengatakan bahwa kepentingan Indonesia harus diutamakan. Namun, kepentingan Perancis/Total EP Indonesie perlu juga dipertimbangkan, apalagi perusahaan ini sudah puluhan tahun berinvestasi di Indonesia, mengelola Blok Mahakam dan berencana untuk menginkatkan investasi US$7.3 miliar di Blok Mahakam.
 
Dari pernyataan Menteri Jero Wacik, belum jelas bagaimana model skema pengelolaan Blok Mahakam setelah 2017 -- apakah mempertahankan status quo? Atau ada perubahan drastis? Dalam arti, operator baru sama sekali? Atau pemerintah membuat pilihan dengan pertimbangan risiko paling kecil? Bila pilihan risiko yang paling kecil, maka opsi kolaborasi atau joint operasi seperti yang diberitakan media-media, mungkin itu pilihan terbaik.
 
Bagi karyawan di Blok Mahakam, yang penting adalah tidak ada perubahan drastis. Sepanjang perubahan dilakukan secara smooth, maka itu pilihan terbaik. Tampaknya joint operation antara Total, Inpex dan Pertamina, menjadi pilihan yang bagus sehingga tidak terjadi gejolak internal dan tidak terjadi gangguan terhadap operasional blok. Semoga!!!!

No comments:

Post a Comment