Thursday, 25 July 2013

Kontrak Blok Mahakam Diperpanjang Atau Tidak?



Hari itu adalah hari terakhir jatah liburan 2 minggu saya bersama keluarga. Mobil sudah siap mengantar saya menuju Bandara Soekarno Hatta dari rumah mungil asri kami di kota hujan. Tiket pesawat menuju Bandara Sepingan, Balikpapan sudah siap. Sekarang tinggal siap 'cabut' menuju bandara.

Setelah mengecup kening istri dan memeluk kedua anak kami yang masih kecil-kecil, saya segera melangkah ke depan rumah. Masuk kendaraan dan sang sopir yang sudah kami anggap keluarga sendiri siap membawa saya siang itu ke Bandara.

Liburan sudah selesai, kini saya kembali siap bekerja. Seperti biasa di perusahaan minyak dan gas, karyawan diberi jatah liburan secara regular. Liburan kali ini, kok, rasanya ada yang berbeda dari sebelumnya. Beberapa hari belakangan saya membaca di media-media, online maupun cetak bahwa kontrak Blok Mahakam tempat saya mengabdikan hidup saya selama 5 tahun terakhir akan segera berakhir tahun 2017.

Ada rasa kebanggaan ketika diterima di sebuah perusahaan minyak yang ternama di dunia dan turut mengambil bagian dalam proses memproduksi gas alam nasional. Hasil penjualan gas alam dari blok ini tentu turut menyumbang pendapatan bagi negara dan saya bangga untuk itu. Walau saya bekerja di sebuah perusahaan migas MNC, saya tetap merasa bekerja untuk negara. Toh hasil penjualan gas juga untuk meningkatkan pendapatan negara. Uangnya, saya berharap dipakai untuk membiaya pendidikan, termasuk pendidikan anak saya yang masih kecil-kecil. 

Di sini saya merasa nyaman, karir terjamin, fasilitas kerja mendukung, masa depan terjamin dengan berbagai fasilitas yang diberikan perusahaan. Sebagai engineer muda, siapa sih yang tidak ingin bekerja di perusahaan multinasional? Selain kompensasi yang bagus, fasilitas yang oke, kita dapat menimba ilmu. Kita bisa belajar banyak karena perusahaan menyediakan pelatihan dan kesempatan luas bagi kami untuk meningkatkan karir, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.  Profesionalisme dengan sistem kesetaraan dan kompetensi sangat dijunjung tinggi. Semua bekerja berdasarkan sistem yang telah diterapkan secara ketat.

Tapi, apakah semuanya itu akan berakhir tahun 2017? Ketika istri saya menanyakan soal kelangsungan pekerjaan saya di Blok Mahakam, dengan tenang saya menjawab semuanya akan baik-baik saja. Pemerintah pasti akan mengambil keputusan yang baik, tidak ingin operasional blok terganggu. Tentu, juga tidak menelantarkan nasib karyawan seperti saya. Saya cuma tak ingin pasangan saya khawatir.

Tapi toh saya tak menyangkal bila tetap saja ada rasa was-was. Dan itu, tidak saja saya, beberapa kolega/teman sejawab, terkadang menjadi bahan perbincangan saat rehat. Ketika kembali bekerja, kami dan kolega tetap bekerja secara profesional, menjalankan tugas rutinitas. Pandangan rawa-rawa, hutan bakau, deru mesin fasiltas produksi (CPP) kini akan kembali menghiasi hari-hari saya, setelah menikmati liburan dan bercengkrama bersama family kecilku.

Dalam penerbangan menuju Balikpapan, pertanyaan-pertanyaan kembali menghantui saya bagaimana nasib karyawan Blok Mahakam yang jumlahnya sekitar 3,000-an ini? Apakah manajemen yang saat ini, Total EP Indonesie', yang sudah berada di Blok Mahakam sekitar 40 tahun dan sudah memahami seluk-beluk Mahakam diganti? Apakah akan ada perubahan manajemen secara drastis? Atau perubahan yang lancar, smooth, tidak menimbulkan gejolak internal? 

Di saat-saat seperti ini tidak salah bila sudah mulai membuka-buka jaringan, mencoba melirik peluang-peluang di luar negeri seperti Afrika, sekadar jaga-jaga.  Tapi apakah saya harus meninggalkan keluarga demi sesuap nasi? I m just hoping for the best. (*)

1 comment:

  1. Saya sudah mendengar keluhan yang sama dari beberapa teman saya yang bekerja di Total, baik sebagai karyawan langsung atau subkontratornya. Maklum saja, ini kan urusan dapur ya, jadi banyak yang khawatir atas kontrak ini. Takutnya kalau pengelolanya berbeda maka kebijakan jjuga beda lagi. Ya berdoa saja pak, semoga pemerintah segera memberi kepastian.

    ReplyDelete